

Bayangkan sebuah komunitas yang tadinya mungkin terasa kecil dan akrab, di mana nilai-nilai lama dan cara hidup tradisional masih kuat mengakar. Kemudian perlahan atau tiba-tiba, dunia luar mulai masuk. Ide-ide baru, teknologi, dan gaya hidup yang berbeda mulai memengaruhi cara orang berinteraksi dan memandang dunia. Terjadi percampuran antara yang dulu dan yang sekarang, kadang harmonis, kadang bergesekan. Tempat itu kemudian jadi saksi bagaimana nilai-nilai lama diuji oleh zaman yang berubah, bagaimana individu dan kelompok beradaptasi, dan bagaimana identitas komunitas itu sendiri bertransformasi di tengah arus urban.
Gambaran komunitas yang bertransformasi ini tercermin dalam film Usmar Ismail tahun 1969, “Big Village” (atau “Dusun Besar”). Film ini menangkap Jakarta di masa peralihan, di mana modernitas mulai hadir melalui lokalisasi prostitusi dan klub malam. Gaya hidup berubah. Namun, di tengah arus urbanisasi dan pengaruh luar, film ini menyoroti bagaimana keluarga sebagai unit terkecil masyarakat, bergumul untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional sebagai filter terhadap dampak modernisasi. Kisah keluarga di film ini menjadi lensa untuk melihat bagaimana sebuah “dusun” yang membesar ini menghadapi tantangan zaman dan mempertahankan akarnya.
Mempertimbangkan gambaran komunitas yang bertransformasi di tengah arus modernitas, konsep “Dusun Besar” dapat menjadi tema yang kaya dan relevan untuk festival film pelajar. Tema ini mengajak para pembuat film muda untuk mengeksplorasi dinamika antara tradisi dan perubahan dalam konteks kehidupan mereka sendiri. Kita dapat melihat “dusun besar” bukan hanya sebagai lokasi geografis, tetapi juga sebagai representasi dari komunitas mereka (sekolah, pertemanan, dunia maya), nilai-nilai yang mereka pegang, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan perkembangan zaman. festival ini dapat mendorong para pelajar untuk merefleksikan bagaimana identitas mereka dan komunitas mereka dibentuk oleh perpaduan antara warisan budaya dan pengaruh modern, serta bagaimana mereka melihat masa depan di tengah perubahan yang terus berlangsung.

Daftarkan film kalian
1. Ketentuan Umum
Sutradara dan produser film berusia 15–18 tahun (dibuktikan dengan kartu pelajar atau KTP).
Setiap peserta diperbolehkan mengirimkan lebih dari satu karya.
Film yang didaftarkan merupakan karya orisinal, diproduksi tahun 2023–2025.
2. Tema Kompetisi
Tema tahun ini: “Dusun Besar”
Mengangkat realitas komunitas yang mengalami transformasi akibat arus modernitas.
Menyoroti percampuran antara nilai-nilai tradisional dan gaya hidup modern.
Makna “Dusun Besar” bukan hanya wilayah geografis, tetapi metafora komunitas yang sedang tumbuh dan berubah.
Representasi dari sekolah, pertemanan, lingkungan bertetangga, lingkungan digital, bahkan ruang-ruang interaksi sehari-hari.
Melihat kembali komunitas tempat anak muda tumbuh: bagaimana tradisi hidup, bagaimana perubahan hadir.
Merefleksikan identitas, nilai, dan harapan anak muda di tengah perkembangan zaman.
3. Ketentuan Teknis Film
Durasi film: bebas (termasuk credit title).
Format file: MP4 / MOV dengan resolusi minimum HD (1280×720).
Genre bebas: fiksi, dokumenter, animasi, eksperimental, tidak terdefinisi.
Film tidak mengandung unsur SARA, kekerasan berlebihan, pornografi, atau konten yang melanggar hukum.
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Jika menggunakan bahasa daerah atau asing, wajib menyertakan subtitle Bahasa Indonesia.
4. Pendaftaran dan Pengumpulan Karya
Pendaftaran dilakukan secara online melalui [tautan/formulir resmi].
Batas waktu pendaftaran: 25 Mei 2025 pukul 23:59 WITA
5. Pengumuman
Film terpilih akan diumumkan pada Juni 2025 dan diundang ke acara pemutaran serta pengumuman pemenang.
6. Hak Cipta dan Publikasi
Hak cipta sepenuhnya tetap milik pembuat film.
Panitia berhak menggunakan film finalis untuk keperluan dokumentasi, promosi, dan publikasi non-komersial dengan mencantumkan kredit pembuat.