

6-11 Oktober 2025
Temindung Creative Hub
Bioskop Sindikat Sinema
Ketika pembangunan fisik kota yang masif—ditandai gedung tinggi dan modernitas—tidak sejalan dengan pengembangan sosial dan kulturalnya, memunculkan kantong-kantong komunitas masyarakat yang terpisah berdasar latar belakangnya. Keragaman yang tidak dimediasi membuat etos sosial cenderung kaku dan lambat beradaptasi pada diskursus kosmopolit. Kontradiksi sosial yang kronis kemudian nampak: kesenjangan, apatis, dan kemiskinan terselubung hidup berdampingan dengan kemewahan. Dusun Besar menyiratkan bahwa ada pembangunan infrastruktur yang masif, namun tidak beriringan dengan kualitas pelayanan publik dan tata kelola sebagai mana idealnya perkotaan. Pembangunan hanya berfokus pada persoalan fisik tanpa disertai pembangunan pengetahuan, mental, sosial, dan pemerataan kesejahteraan warganya.
Sinema adalah medium yang hadir di tengah disfungsi struktural ini. Para pembuat film mengambil peran sebagai penyingkap, menembus fasad modernitas, merekam semangat masyarakat dan ketimpangan yang tersembunyi. Melalui keragaman narasi, film-film yang hadir menguji wacana dominan pembangunan, menantang narasi keberhasilan tunggal, dan menawarkan perspektif kritis yang hilang dari diskursus pembangunan. Dusun Besar memosisikan sinema sebagai pemantik wacana dan cermin refleksi kolektif, sebuah upaya krusial untuk membuka diskusi mengenai persoalan manusiawi yang selama ini diabaikan oleh obsesi fisikal.